Anak merupakan karunia terindah yang diberikan Allah swt kepada sepasang suami-istri. Dalam al-Qur’an, anak digambarkan sebagai perhiasan hidup dan kesenangan di dunia (Qs. al-Kahfi: 46 dan Qs. Ali Imron: 14). Keberadaan anak dalam suatu keluarga akan menjadikan keluarga itu terasa lebih hidup, harmonis, dan menyenangkan. Anak merupakan amanah besar bagi kedua orang tua yang kelak akan dipertanggungjawabkannya di akhirat. Orang tua wajib memelihara, mendidik, menjaga, dan menyantuni anak-anak mereka dengan penuh rasa tanggung jawab dan kasih sayang. Islam menjadikan orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan keislaman bagi anak-anaknya. Anak merupakan generasi penerus umat yang hendaknya telah terbina sejak masa kecilnya agar kelak mampu menjadikan dirinya sebagai manusia yang berakhlak mulia, berkarakter, dan bermanfaat bagi orang lain.
Pada usia 0 sampai 6 tahun, otak manusia berkembang dengan sangat cepat hingga 80 %. Pada usia tersebut, otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tanpa melihat apakah informasi itu baik atau buruk. Pada usia ini, seorang anak akan sangat sensitif dan peka dalam mempelajari dan meniru sesuatu yang dilihat, dirasaka, dan didengarkan dari lingkungannya. Itulah masa-masa dimana perkembangan fisik, mental, maupun spiritual anak akan mulai terbentuk yang sering dinamakan sebagai masa emas anak (golden age). Para orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas seorang anak untuk mulai memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Pendidikan karakter yang diberikan kepada anak sejak usia dini bukanlah suatu hal yang dilakukan untuk mengekang dan menekan fitrah seorang anak. Tetapi bertujuan untuk mengembangkan potensi positif pada anak yang bersesuaian dengan fitrah anak yang hanif (condong pada kebenaran).
Selanjutnya Allah Swt. mengingatkan para orang tua seperti dijelaskan dalam al- Qur’an; ” Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka ” (Q.S. an-Nisa’: 9), dan ” Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ”(Q.S. at-Tahrim;6). Pada ayat-ayat tersebut Allah mengingatkan kepada para orang tua supaya memelihara dan menjaga anak-anak mereka, agar terpelihara dari segala yang merusak dirinya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), yaitu tauhid yang murni, maka jika ditakdirkan kedua orang tuanya shaleh dan berusaha mendidiknya dengan prinsip – prinsip iman dan Islam, bermanfaat bagi orang laindan berakhlah baik tentu anak akan tumbuh dalam keimanan dan keislaman. Rasulullah saw bersabda, “ Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani dan majusi” (HR Bukhori). Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa faktor pendidikan orang tua memegang peranan yang sangat menentukan dalam menanamkan kesadaran beragama pada anak.
Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang Islami sesuai dengan fitrohnya jika orang tua orang tua benar – benar membiasakan anak – ananknya untuk beribadah dan berakhlak baik sejak dini. Rasulullah saw bersabda, “ Jagalah anakmu agar selalu melaksanakan Shalat dan biasakanlah mereka berbuat baik, karena berbuat baik itu adalah kebiasaan” ( HR. At – Thabrani ). Orang tua haruslah benar – benar membiasakan anak – anaknya dalam kebaikan dengan berulang – ulang sampai mereka terbiasa melakukannya, dan menjadi kebiasaan bagi mereka. Cara yang baik dalam pembiasaan adalah dengan mempraktekannya secara rutin dan bukan hanya sekedar berbicara saja.
Pembiasaan yang perlu ditanamkan pada anak usia dini, adalah pembiasaan dalam beribadah dan juga pembiasaan dalam berbudaya di tengah – tengah lingkungan masyarakat sesuai dengan ajaran Islam., Pembiasaan dalam beribadah diantaranya adalah Shalat, puasa, zakat atau sedekah, membaca Al Qur’an dan ibadah – ibadah lainnya, sedangkan pembiasaan dalam berbudaya secara Islami yang bhisa diterapkan sejak dini diantaranya adalah:
- Budaya Menyapa
Menyapa merupakan adat kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, manusia sebagai makhluk sosial tentu saja tidak terlepas dari orang – orang di sekitarnya, namun bagaimanakah sapaan yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang perlu ditanamkan menjadi sebuah pembiasaan untuk anak – anak kita, kata – kata sapaaan yang lebih familier di kalangan masyarakat dan lebih dikenal anak – anak kita adalah ” Selamat pagi, selamat siang, apa kabar dan lain sebagainya, sedangkan Islam mengajarkan menyapa dengan mengucapan ” Assalamu’alaikum ” untuk sesama Muslim. Agar anak terbiasa mengucapkan salam saat menyapa tentu saja dengan pemberian contoh terlebih dahulu, semakin sering anak mendengar kata salam semakin ia terbiasa mengucapkannya.
- Budaya memberi
Islam mengajarkan untuk selalu bersikap dermawan, saat anak dilatih dan dirangsang untuk berempati dan senang memberi terhadap orang lain yang membutuhkan, maka akan tumbuh dalam dirinya kedermawanan dan jiwa sosial yang tinggi, sehingga ia menjadi terbiasa memberi dan mudah baginya untuk memberi ketika besar nanti. Dari Abdullah bin Bisyr . Ia berkata ” Ibuku pernah menyuruhku untuk membawakan hadiah untuk Rasulullah saw, dan beliaupun menerimanya”.
- Budaya Disiplin
Kita tahu bahwa disiplin dan pengendalian diri merupakan karakter utama seorang muslim. Kita belajar dan melatih diri tentang kedisiplinan dan pengendalian diri melalui ibadah Sholat, ibadah sholat melatih disiplin dalam menggunakan waktu, bila anak dibiasakan untuk shalat tepat waktu maka dapat dipastikan ia disiplin dalam melaksnakan semua aktifitasnya, puasa juga merupakan perintah Allah yang melatih disiplin dalam menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang dalam Islam. Untuk mengajarkan disiplin dalam peraturan,orang tua harus menjelaskan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak-anak, dan apa konsekuensinya jika hal itu dilanggar. Tentu saja larangan itu dalam batas-batas yang wajar. Misalnya, orang tua tidak melarang anak nonton tv sama sekali, tapi memberi batasan berapa lama anak boleh nonton televisi, misalnya cuma 30 menit. Orang tua juga harus menepati janji jika menjajikan sesuatu pada anak, karena jika tidak, anak akan menganggap orang tuanya tidak bisa dipercaya.
- Budaya bersih
Menjagakebersihan termasuk akhlak yang mulia yang harus menjadi kebiasaan anak. Kebersihan memang diperlukan dalam segala hal, kebersihan tubuh,pakaian, rumah, jalan , halaman dan lainnya Kesadaran ini harus dimulai sedini mungkin dari rumah sendiri, dengan melibatkan anak-anak dalam urusan pekerjaan rumah misalnya, mintalah anak memilih
No Comments